Gatot Nurmantyo bersama Sultan HB X di Lanud Adisutjipto, Yogya. (Foto: Usman Hadi/detikcom)
Sleman - Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengadakan safari Ramadan dengan berbuka puasa bersama anak yatim dan masyarakat umum di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Minggu (4/6/2017). Dalam sambutannya, Gatot membaca sebuah cerita sikap kedermawanan seorang perempuan tua sederhana dari desa.Cerita yang dibacakan oleh Gatot sebenarnya bukan cerita baru, melainkan sudah menyebar cukup lama di grup-grup pertemanan. Cerita itu mengisahkan percakapan seorang ibu tua dengan anak tunggalnya. Cerita yang dibacakan itu dalam Bahasa Jawa, lalu diterjemahkan secara langsung oleh Gatot Nurmantyo.
Cerita itu diawali dari protes si anak yang menganggap si ibu membuat mubazir makanan karena hanya hidup berdua tapi selalu memasak dalam jumlah banyak. Makanan itu sering dibagi-bagikan kepada tetangga dan orang-orang yang lewat.
Si ibu menilai bahwa makanan yang dimasak lalu diberikan kepada orang lain itu bukanlah mubazir, melainkan sebagai shodaqoh. Namun si anak tetap saja memprotes, ketika kondisi keluarga yang cuma pas-pasan namun ibunya melakukan shodaqoh setiap hari.
"Nak, kita ini sudah dapat jatah rezeki masing-masing, tapi kewajiban kita kurang lebih sama; sebisa mungkin memberi kepada orang lain. Kaya itu keluasan hatimu untuk memberi kepada sesama, bukan soal kumpulan harta benda. Kalau harus menunggu hartamu menumpuk baru memberi, kamu nanti merasa selalu punya kebutuhan sehingga tidak bisa memberi dengan ikhlas," kata si ibu dalam cerita yang dibacakan Panglima TNI.
"Simbokmu ini kaya, Nak. Tiap hari punya makanan berlebih, bisa memberi dan harus memang harus berbagi. Bahwa ibumu tidak bergelimang harta, itu bukan ukuran. Yang penting kita tidak kekurangan, bisa makan, bisa beribadah, kamu bisa sekolah dan jadi orang berguna. Betapa besar anugerah Tuhan kepada ibumu yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah ini," lanjut si ibu.
Kepada si anak, ibu tua itu lalu menceritakan pesan dari almarhumah ibunya, yang tak lain adalah nenek si anak. Pesannya adalah jika memasak agar porsinya dilebihi, setidaknya kuah sayur atau nasinya. Tujuannya untuk diberikan kepada tetangga yang kekurangan atau tamu yang datang. Selain itu juga selalu menyediakan minuman di depan rumah untuk orang-orang yang lewat hendak bepergian jauh.
"Ah, Ibu... Perempuan yang tak pernah sekolah dan menurutku miskin itu hanya belajar dari ibunya sendiri dan dari kehidupan. Dia bisa begitu menghayati dan menikmati cintanya kepada sesamanya dengan caranya sendiri," gumam si anak setelah menyadari semuanya.
"Sementara aku, manusia modern yang bangga belajar kapitalisme dengan segala hitung-hitungan untung rugi, selalu khawatir hidup kekurangan, lupa bahwa Tuhan yang menjamin hidup setiap makhluk bernyawa. Ibuku benar, kaya itu kemampuan hati untuk memberi kepada sesama, bukan tentang mengumpulkan untuk diri sendiri," lanjut si anak, seperti dalam cerita Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
(mbr/mbr)
No comments:
Post a Comment