Translate

Tuesday, May 15, 2012

Romusha : Terowongan Neyama

Terowongan Neyama Romusha 
Sebuah terowongan, dikerjakan ribuan romusha, dibangun untuk mengalirkan banjir ke Samudra Hindia.
OLEH: HENDRI F. ISNAENI
PADA 17 November 1942, Sungai Brantas meluap, merendam 150 desa dan 9.000 rumah di Kabupaten Tulungagung. Luapan air juga menghancurkan areal pertanian. Genangan air di daerah hilir membentuk tanah berawa yang luas, yang oleh penduduk setempat disebut “campur darat.”
Untuk mengatasinya, pemerintah Karesidenan Kediri membangun sebuah terowongan melalui wilayah perbukitan untuk menguras air yang masih menggenangi rawa-rawa ke Samudra Hindia. Selain itu, diharapkan terowongan itu bisa menjaga tanaman padi, yang sedang diintensifkan Jepang untuk menyuplai pasokan makanan tentaranya di medan perang.  
Menurut sejarawan Universitas Keio Jepang, Aiko Kurasawa, pemrakarsa pembangunan terowongan tersebut adalah Residen Enji Kihara, lulusan Akademi Militer Jepang dan pernah menjabat kepala Departemen Pembangunan Kantor Gubernur Jenderal di Taiwan. Pembangunan dimulai pada Februari 1943.
Sebagai pelaksana proyek, sebuah koperasi irigasi diorganisasikan di bawah pangreh praja yang bertanggung jawab atas pencarian buruh dan pengamanan dana pembangunan. Proyek terowongan ini membutuhkan 20 ribu romusha dengan dana f.750 ribu; sebanyak f.300 ribu disediakan karesidenan dan sisanya pemerintah militer.
“Karena tidak ada buldoser dan jarang terdapat dinamit, seluruh pekerjaan dilakukan dengan tenaga manusia,” tulis Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol.
Beberapa bulan pertama pekerjaan berjalan lancar, dengan mempekerjakan lebih dari 10 ribu romusha per hari. Mereka mengeruk tanah dengan alat sederhana yang dibawa dari desa masing-masing. Setiap romusha mendapat upah sebesar f.0.14 per hari, sudah dipotong pajak dan makanan. Sedangkan mandor menerima upah f.0.38, sudah dipotong pajak.
Shigaru Sato dalam War, Nationalism, and Peasants menerangkan, untuk mengerjakan terowongan itu, dibuatlah saluran terbuka dengan meratakan punggung bukit. Batu-batu kapur di dasar punggung bukit harus dihancurkan namun tak tersedia cukup bubuk peledak. Permintaan bantuan kepada Departemen Transportasi Jepang di Jakarta ditolak. Bantuan datang dari kepala Departemen Industri, Tennichi Koichi. Dia berminat pada proyek terowongan itu yang dia anggap memiliki potensi meningkatkan produksi pertanian.
“Atas persetujuan atasannya, Yamamoto Moichiro, Tennichi setuju mengalihkan beberapa bubuk peledak yang telah disisihkan dari program pertambangan batu bara di Bayah (Banten Selatan),” tulis Sato.
Sebelum meledakkan bukit, staf Residen Kediri menerima informasi dari warga bahwa rawa-rawa itu sebelumnya menjadi landasan bagi korps penerbangan Angkatan Laut Belanda; dan ketika Belanda mundur mereka membenamkan beberapa bom. Ketika melakukan penyisiran, ditemukan 23 bom. Sebuah dealer bahan peledak milik seorang Tionghoa mengambil 10-20 ton bubuk peledak kuning dari bom-bom itu.
Selain menggunakan peledak, karesidenan juga meminjam mesin pengebor dan kompresor dari Ishihara Sangyo Co. Ltd. Departemen Administrator Militer di Jakarta mengirim seorang kapten Angkatan Darat, seorang insinyur sipil yang berpengalaman dalam pembangunan terowongan. Pembangunan terowongan pun dimulai pada Oktober 1943.
“Residen Kihara antusias. Dia sering bekerja di lokasi konstruksi, menggunakan bor dan mengatur dinamit sendiri. Sampai pada satu kesempatan dia keracunan gas yang dihasilkan oleh ledakan di dalam terowongan dan harus dibawa keluar dari terowongan,” tulis Sato.
Pembangunan menghadapi kendala. Masalah dana bisa diatasi tapi mobilisasi romusha tersendat, bahkan berkurang. Selain karena berlokasi di daerah tertutup rawa dan hutan penuh binatang buas, bahkan diyakini banyak hantu dan roh jahat, dan malaria merebak. Penduduk juga mendapatkan kabar bahwa pekerjaan itu sangat berat. Beberapa romusha tinggal tulang terbungkus kulit. Banyak yang sakit, bahkan meninggal dunia.
Pangreh praja dan pejabat desa dikerahkan dan diberi kuota untuk merekrut romusha. Untuk memenuhi kuota itu, mereka melakukan “bujukan” yang bersifat memaksa. Seorang kepada desa Gurah di Tulungagung mengirim sekitar 500 orang dari desanya.
Target awal pembangunan terowongan rampung awal Juni tapi meleset jadi Juli 1944. Terowongan itu, yang dalam bahasa Jawa disebut Tumpak Oyot (Akar Gunung), diterjemahkan Nishida, penterjemah yang bekerja di Karesidenan Kediri, menjadi Neyama: ne artinya akar dan yama berarti gunung. “Di antara penduduk lokal dan para buruh yang dimobilisasi membangun terowongan itu menyebutnya Neyama romusha,” tulis Sato.
Terowongan Neyama, tulis Aiko Kurasawa, membuat petani di wilayah tetangganya terbebas dari banjir. Tapi terowongan itu membawa akibat yang tak diperhitungkan sebelumnya. Nganjuk, wilayah Kediri utara, kekurangan air.
Terowongan tersebut masih bekerja baik hingga Jepang angkat kaki dari Indonesia. Kerusakan perlahan menghampiri antara lain oleh banjir bandang pada 1955. Empat tahun kemudian, terowongan dibangun kembali sebagai bagian dari Proyek Pembangunan Umum Sungai Brantas dengan biaya dari dana pampasan perang Jepang sebesar US$1.972.000. Proyek ini digarap dua perusahaan konstruksi Jepang, Nippon Koei dan Kashima Kensetsu, di bawah pengawasan Departemen Pekerjaan Umum. Pekerjaan selesai pada April 1961.
Karena Terowongan Neyama dianggap belum cukup menangani banjir di Tulungagung, terutama banjir windon setiap delapan tahun sekali, pemerintah Orde Baru membangun Neyama II yang diresmikan pada 1986.   
Neyama kini menjadi objek wisata karena pemandangan dan terowongan drainase besarnya yang melewati gunung. Namun, di balik keindahan itu, ratusan bahkan mungkin ribuan romusha menjadi korbannya.
 Sumber : http://historia.co.id/artikel/2/1005/Majalah-Historia/Terowongan_Neyama_Romushanbsp;

Thursday, May 3, 2012

Taman Siswa

TAMAN SISWA
Sejarah Taman Siswa adalah sejarah kebangsaan Indonesia. Taman Siswa lahir pada tanggal 3 Juli 1922. Bapak gerakan ini adalah R.M. Suwardi Surjaningrat .
Karena aktivitasnya dalam mengkritik kebijakan Belanda, beliau dibuang di negeri Belanda. Dalam masa pembuangan tersebut ia memakai kesempatan untuk mempelajari masalah-masalah pendidikan dan berhasil merumuskan pernyataan azas pengajaran nasional.
Pernyataan azas Taman Siswa tahun 1992 berisi 7 pasal yaitu:
Pasal ke 1 dan 2 mengandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Dalam pasal 1 termasuk juga dasar kodrat alam yang lebih dikenal dengan evolusi . Dasar ini mewujudkan sistem among yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru sebagai pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberikesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan Tut Wuri Handayani. Di samping itu sudah barang tentu guru diharapkan dapat membangkitkan pikiran murid, bila berada di tengah-tengah murid-murid dan memberi contoh bila di depan mereka.
Pasal 3 menyinggung kepentingan-kepentingan sosal, ekonomi dan politik yang mengarah pada dasar budaya.
Pasal ke 4 mengandung dasar kerakyatan, yang terealisasi dengan perluasan pendidikan.
Pasal ke 5 merupakan azas yang sangat penting bagi semua orang yang ingin mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya (kepercayaan kepada kekuatan sendiri).
Pasal ke 6 berisi persyaratan dalam negejar kemerdekaan diri dengan jalan keharusan untuk membelanjai sediri segala usaha (selfbedruipings system).
Pasal ke 7 mengharuskan adanya keikhlasan lahir batin bagi guru-guru yang mendekati anak didiknya .
Sesungguhnyalah pernyataan azas tersebut merupakan perpaduan pengalaman dan pengetahuan Suwardi Surjaningrat tentang aliran pendidikan Barat dan aliran kebatinan yang mengusahakan “kebahagiaan diri, bangsa dan kemanusiaan”. Selama delapan tahun sejak berdirinya, maka Ki Hadjar Dewantara dan pembantu-pembantunya bekerja secara diam-diam, dalam arti tidak melayani kritik-kritik dari masyarakat kita sendiri maupun dari pihak Belanda yang bernada meremehkan usaha pendidik itu. Namun secara teratur gagasan dan usaha pendidikan yang hidup itu dijelaskan melalui majalah pendidikan umum yang diterbitkan, yaitu Wasita. Banyak sekolah yang telah berdiri menyerahkan sekolahnya kepada Taman Siswa .
Perjuangan melawan Ordonansi Sekolah Liar:
Sebagai salah satu kebijakan Gubernur Jenderal Mr. B.C. De Jonge , pemerintah jajahan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnatie – WSO) pada 17 September 1932 (Stbl: No. 494/1932). Ordonansi itu mulai berlaku pada 1 Oktober 1932. Sampai 1 April 1933 pemerintah masih memberi kesempatan bagi sekolah swasta tak bersubsidi untuk memenuhi persyaratan. Sesudah itu akan diambil tindakan terhadap semua sekolah sejenis yang tidak memenuhi syarat. Menghadapi tindakan pemerintah itu, Majelis Luhur Taman siswa bersidang pada 29 September 1932. Keputusannya, Taman Siswa akan melawan sekuat tenaga sampai ordonansi tersebut dihapuskan. Perlawanan akan dilakukan berdasarkan prinsip tanpa kekerasan. Pada tanggal 1 Oktober, perlawanan dimulai dengan dikirimnya telegram kepada Gubernur Jenderal oleh ki Hajar Dewantara. Yang berbunyi:
Gubernur Jenderal Bogor
Yang mulia ordonansi yang dikeluarkan dengan paksa dipersiapkan dengan tergesa-gesa serta mengenai seluruh sendi hidup masyarakat setelah ditolaknya anggaran pendidikan (sehubungan dengan keputusan Volksraad yang terlalu jauh mengenai penghematan) memberi kesan adanya kecemasan dan kebingunan di pihak pemerintah berdasarkan salah pengertian terhadap kepentingan rakyat stop bolehlah saya memperingatkan bahwa pihak yang tak berdaya sekalipun mempunyai naluri mempertahankan diri dan begitu juga kami boleh jadi karena terpaksa akan melakukan perlawanan yang gigih tapi yang bersifat tanpa kekerasan.
Pada tanggal 3 Oktober 1932, Ki Hadjar Dewantara mengirim juga surat kepada semua organisasi pergerakan nasional. Ki Hadjar menjelaskan bahaya ordonansi tersebut bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia, dan memaparkan sikap dan keputusan Taman Siswa. Semua organisasi nasional tanpa kecuali mendukung sikap dan perjuangan Taman Siswa. Selain itu, juga ikut mendukung berbagai organisasi masyarakat Cina dan Arab. Setiap organisasi mengeluarkan protes. Ratusan orang menyatakan cara masing-masing untuk melawan, seperti bertirakat dan bernazar. Seluruh jajaran pers perjuangan menyiarkan kegiatan perlawanan terhadap ordonansi tersebut. Pemerintah mengeluarkan edaran kepada para pejabat agar bersikap lentur dalam pelaksanaan ordonansi. Taktik ini ternyata tidak mempan. Rakyat terus menyatakan protes gelombang demi gelombang. Pertengahan Oktober 1932 pemerintah mengutus Kiewiet de Jonge, wakil pemerintah di Volksraad untuk berunding dengan Ki Hadjar Dewantara. Pertemuan ini gagal. Pada 8 Desember 1932 sidang Volksraad membicarakan ordonansi itu atas pertanyaan salah seorang anggotanya, P.A.A. Wiranatakoesoemah. Diusulkannya agar sekolah swasta cukup memberitahukan, tidak perlu meminta izin, mengenai pembentukannya. Lagi-lagi pemerintah berkeras untuk tidak mengubah ordonansinya. Akibatnya Ki Hadjar mengumumkan rencana perlawanan baru. Dianjurkannya agar setiap rumah dijadikan perguruan, dengan tiap orang menjadi pengajar. Rencananya itu diberi nama yang sangat menggetarkan pemerintah, “Timbulnya Perguruan Nasional Diatas Kuburan Sistem Sekolah Kolonial”. Dalam pertemuan para pemimpin pergerakan di Yogyakarta, 31 desember 1932, rencana lanjutan sesuai dengan prakarsa Ki Hadjar dibicarakan dan disepakati. Wiranatakoesoemah mengajurkan usul agar pemerintah membuat UU baru tentang sekolah swasta tak bersubsidi berdasarkan tiga prinsip.
1. Pemerintah menarik kembali ordonansi sekolah liar.
2. Dalam satu tahun pemerintah akan memberlakukan kembali ordonansi yang baru.
3. Dibentuk suatu komisi penyusunan kembali UU sejenis.
Dikeluarkan juga suatu pernyataan, jika ordonansi tersebut tidak di tarik sebelum 31 Maret 1933, maka semua anggota BO dan Pasundan yang duduk dalam dewan-dewan perwakilan akan keluar. Pada 7 Februari 1933 usul Wiranatkoesoemah diterima dengan perubahan. Pada hari itu ordonansi yang secara resmi ditarik untuk sementara. Ki Hadjar mengumumkan juga permintaan agar perlawanan tanpa kekerasan dihentikan. Diingatkan bahwa pekerjaan sebenarnya belum selesai. Setiap orang Indonesia masih terus harus bekerja mengawasi jangan sampai timbul lagi kebijakan serupa itu .
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL, SEMOGA PENDIDIKAN INDONESIA MENJADI LEBIH MAJU. AMIN.
BY  TOPAN PURBAYA ( Guru Sejarah SMA N 1 Kutasari PBG)

Tuesday, April 10, 2012

Reformasi Indonesia 1998

PROSES GERAKAN REFORMASI DI INDONESIA

A.Pengaruh Perang Dingin Terhadap Indonesia
Setelah Perang Dunia II berakhir ternyata muncul dua negara super power di dunia yang saling berebut pengaruh di berbagai kawasan dunia. Dua kekuatan itu adalah yaitu Amerika Serikat yang berhaluan demokrasi-kapitalis dan Uni Soviet yang berhaluan sosialis-komunis.
Perang dingin berdampak pada peta perpolitikan dunia pada saat itu, sehingga dunia seolah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: negara-negara Blok Barat yang menganut paham demokrasi, negara-negara Blok Timur yang menganut paham komunis dan negara-negara Non Blok yang tidak memihak Blok Barat dan tidak memihak Blok Timur.
1.Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Masa Perang Dingin
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia lebih condong kepada negara-negara Blok Barat dalam rangka mendapatkan pinjaman dana dari negera-negara tersebut untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang hampir mengalami kebangkrutan. Dengan adanya pinjaman ini secara tidak langsung Indonesia mulai dipengaruhi oleh Blok Barat yang tercermin dari kebijakan-kebijakan luar negeri Indonesia yang cenderung pro-Barat, walaupun tetap berusaha untuk netral dengan tidak memihak salah satu blok yang ada.
2.Peran Lembaga Keuangan Internasional Terhadap Pemerintah Orde Baru
Pada masa Orde Baru setahap demi setahap bisa keluar dari keterpurukan ekonomi melalui bantuan dari negara-negara Barat. Perbaikan ekonomi dilakukan dalam bentuk pembangunan yang disebut dengan rencana pembangunan lima tahun. Adapun negara-negara Barat yang membantu Indonesia tersebut dalam bentuk konsorsium yang dinamakan IGGI (Inter-Gouvernmental Group on Indonesia) yang beranggotakan Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman Barat, Belgia, Italia, dan Swiss. Negara-negara maju tersebut pada tanggal 23-24 Pebruari 1967 diadakan pertemuan di Amsterdam (Belanda) menyepakati membentuk badan IGGI untuk memberi kredit kepada Indonesia dengan bantuan pinjaman syarat-syarat ringan.

B.Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru
1. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi
Perjalanan panjang sejarah Orde Baru di Indonesia dapat melaksanakan pembangunan sehingga mendapat kepercayaan dalam dan luar negeri. Mengalawai perjalannya pada dasawarsa 60-an rakyat sangat menderita pelan-pelan keberhasilan pembangunan melalui tahapan dalam pembangunan lima tahun (Pelita) sedikit demi sedikit kemiskinan rakyat dapat dientaskan. Sebagai tanda terima kasih kepada pemerintah Orde Baru yang berhasil membangun negara, Presiden Soeharto diangkat menjadi "Bapak Pembangunan ".
Temyata keberhasilan pembangunan tersebut tidak merata, maka kemajuan Indonesia temyata hanya semu belaka. Ada kesenjangan yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin. Rakyat mengetahui bahwa hal ini disebabkan cara-cara mengelola negara yang tidak sehat ditandai dengan merajalela korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Protes dan kritik masyarakat seringkali dilontarkan namun pemerintah Orba seolah-olah tidak melihat, dan mendengar, bahkan masyarakat yang tidak setuju kepada kebijaksanaan pemerintah selalu dituduh sebagai "PKI", subversi, dan sebagainya.
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi, harga-harga mulai membumbung tinggi sehingga daya beli rakyat sangat lemah, seakan menjerit lebih-lehih banyak perusahaan yang terpaksa melakukan "PHK" karyawannya. Diperburuk lagi dengan kurs rupiah terhadap dolar sangat rendah. Disinilah para mahasiswa, dosen, dan rakyat mulai berani mengadakan demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah. Setiap hari mahasiswa dan rakyat mengadakan demonstrasi mencapai puncaknya pada bulan Mei 1998, dengan berani meneriakkan reformasi bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto berupaya untuk memperbaiki program Kabinet Pembangunan VII dengan menggantikan dengan nama Kabinet Reformasi, namun tidak mendapat tanggapan rakyat. Pada hari berikutnya tanggal 21 Mei 1998 dengan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden Soeharto terpaksa menyerahkan kepemimpinan kepada Wakil Presiden Prof. DR. B.J. Habibie.
2.Krisis Ekonomi
Diawali krisis moneter yang melanda Asia Tenggara sejak bulan Juli 1997 berimbas pada Indonesia, bangunan ekonomi Indonesia temyata belum kuat untuk menghadapi krisis global tersebut. Krisis ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah turun dari Rp. 2.575,00 menjadi Rp. 2.603,00 pada 1 Agustus 1997. Tercatat di bulan Desmeber 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai R. 5.000,00 perdolar, bahkan mencapai angka Rp. 16.000,00 perdolar pada sekitar Maret 1997.
Nilai tukar rupiah semakin melemah,pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sebagai akibat lesunya ikiim bisnis. Kondisi moneter mengalami keterpurukan dengan dilikuidasinya 16 bank pada bulan Maret 1997. Untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan mengeluarkan Kredit Likuidasi Bank Indonesia (K.LBI), temyata tidak membawa hasil sebab pinjaman BLBI terhadap bank bermasalah tersebut tidak dapat mengembalikan. Dengan demikian pemerintah harus menanggung beban utang yang cukup besar. Akibatnya kepercayaan dunia intemasional mulai menurun. Krisis moneter ini akhimya berdampak pada krisis ekonomi sehingga menghancurkan sistem fundamental perekonomian Indonesia.
a.Utang Negara Republik Indonesia.
Penyebab krisis diantaranya adalah utang luar negeri yang sangat besar, terhitung bulan Pebruari 1998 pemerintah melaporkan tentang utang luar negeri tercatat :
utang swasta nasional Rp. 73,962 miliar dolar AS + utang pemerintah Rp. 63,462 miliar dolar AS, jadi utang seluruhnya mencapai 137,424 miliar dolar AS. Data ini diperoleh dari pernyataan Ketua Tim Hutang-Hutang Luar Negeri Swasta (HLNS), Radius Prawiro seusai sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK) yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha pada 6 Pebruari 1998.
Perdagangan luar negeri semakin sulit karena barang dari luar negeri menjadi sangat mahal harganya. Mereka tidak percaya kepada para importir Indonesia yang dianggap tidak akan mampu membayar barang dagangannya. Hampir semua negara tidak mau menerima letter of credit (L/C) dari Indonesia. Hal ini disebabkan sistem perbankan di Indonesia yang tidak sehat karena kolusi dan korupsi.
b. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945.
Pemerintah Orde Baru berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang kurang memperhatikan dengan seksama kondisi riil masyarakat agraris, dan pendidikan masih rendah, sehingga akan sangat sulit untuk segera berubah menjadi masyarakat industri. Akibatnya yang terpacu hanya masyarakat kelas ekonomi atas, para orang kaya yang kemudian menjadi konglomerat. Meskipun gross national product (GNP) pada masa Orba pernah mencapai diatas US$ 1.000,00 tetapi GNP tersebut tidak menggambarkan pendapatan rakyat sebenamya, karena uang yang beredar sebagian besar dipegang oleh orang kaya dan konglomerat. Rakyat secara umum masih miskin dan kesenjangan sosial ekonomi semakin besar.
Pengaturan perekonomian pada masa Orba sudah menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila, seperti yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1), (2), dan (3). Yang terjadi adalah berkembangnya ekonomi kapitalis yang dikuasai para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoli korupsi, dan kolusi.
c. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Masa Orde Baru dipenuhi dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme menyebabkan runtuhnya perekonomian Indonesia. Korupsi yang menggerogoti keuangan negara, kolusi yang merusak tatanan hukum, dan nepotisme yang memberikan perlakuan istimewa terhadap kerabat dan kawan menjadi pemicu lahimya reformasi di Indonesia.
Walaupun praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme ini telah merugikan banyak pihak, termasuk negara tapi tidak dapat dihentikan karena dibelakangnya ada suatu kekuatan yang tidak tersentuh hukum.
d. Politik Sentralisasi
Pemerintahan Orde Baru menjalankan politik sentralistik, yakni bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya peranan pemerintah pusat sangat menentukan, sebaliknya pemerintah daerah tidak 'punya peran yang signifikan. Dalam bidang ekonomi sebagian besar kekayaan dari daerah diangkut ke pusat pembagian yang tidak adil inilah menimbulkan ketidakpuasan rakyat dan pemerintah daerah. Akibatnya mereka menuntut berpisah dari pemerintah pusat terutama terjadi di daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya (Papua).
Proses sentralisasi bisa dilihat adanya pola pemberitaan pers yang Jakarta sentries. Terjadinya banjir informasi dari Jakarta (pusat) sekaligus dominasi opini dari pusat. Pola pemberitaan yang cenderung bias Jakarta, terutama di halaman pertama pers. Kecenderuangan ini sangat mewamai pola pemberitaan di halaman pertama pers di daerah.
3.Krisis Politik
Krisis politik pada akhir orde baru ditandai dengan kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilihan Umum 1997 yang dinilai penuh kecurangan, Golkar satu-satunya kontestan pemilu yang didukung fmansial maupun secara politik oleh pemerintah memenangkan pemilu dengan meraih suara mayoritas. Golkar yang pada mulanya disebut sebagai Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya, lahir dari usaha untuk menggalang organisasi-organisasi masyarakat dan angkatan bersenjata, muncul satu tahun sebelum peristiwa G30S/PKI tepatnya lahir pada tanggal 20 Oktober 1964. Dan memang tidak dapat disangkal bahwa organisasi ini lahir dari pusat dan dijabarkan sampai kedaerah-daerah. Disamping itu untuk tidak adanya loyalitas ganda dalam tubuh Pegawai Negeri Sipil maka Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia) yang lahir tanggal 29 Nopember 1971 ikut menggabungkan diri ke dalam Golongan Karya. Golkar ini kemudian dijadikan kendaraan politik Soeharto untuk mendukung kekuasaannya selama 32 tahun, karena tidak ada satupun kritik dari infra struktur politik ini yang berani mencundangi dirinya.
K-emenangan Golongan Karya dinilai oleh para pengamat politik di Indonesia dan para peninjau asing dalam pemilu yang tidakjujur dan adil (jurdil) penuh ancaman dan intimidasi terhadap para pemilih di pedesaan. Dengan diikuti dukungan terhadap Jenderal (Pum) Soeharto selaku ketua dewan pembina Golkar untuk dicalonkan kembali sebagai presiden pada sidang umum MPR tahun 1998 temyata mayoritas anggota DPR/MPR mendukung Soeharto menjadi presiden untuk periode 1998-2003.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya menimbulkan permasalahan masa pemerintahan Orde Barn, kedaulatan rakyat ada ditangan kelompok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang pihak penguasa. Kedaulatan ditangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya MPR dilaksanakan de jure secara de facto anggota MPR sudah diatur dan direkayasa sehingga sebagian besar anggotanya diangkat dengan sistem keluarga (nepotisme).
Rasa ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, DPR, dan MPR memicu gerakan reformasi. Kaum reformis yang dipelopori mahasiswa, dosen, dan rektomya menuntut pergantian presiden, reshuffle kabinet, Sidang Istimewa MPR, dan pemilu secepatnya. Gerakan menuntut reformasi total disegala bidang, termasuk anggota DPR/MPR yang dianggap penuh dengan KKN dan menuntut pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
Gerakan reformasi menuntut pembaharuan lima paket undang-undang politik yang menjadi sumber ketidakadilan, yaitu : (1) UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum; (2) UU No. 1 Tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, Tugas, dan wewenang DPR/MPR; (3) UU No. 1 Tahun 1985 tentang partai politik dan Golongan Karya; (4) UUNo. 1 Tahun 1985 tentang Referendum; (5) UU No. 1 Tahun 1985 tentang organisasi masa.
4. Krisis Hukum.
Orde Baru banyak terjadi ketidak adilan dibidang hukum, dalam kekuasaan kehakiman berdasar Pasal 24 UUD 1945 seharusnya memiliki kekuasaan yang merdeka terlepas dari kekuasaan eksekutif, tapi Kenyataannya mereka dibawah eksekutif. Dengan demikian pengadilan sulit terwujud bagi rakyat, sebab hakim harus melayani penguasa. Sehingga sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan.
Reformasi diperlukan aparatur penegak hukum, peraturan perundang-undangan, yurisprodensi, ajaran-ajaran hukum, dan bentuk praktek hukum lainnya. Juga kesiapan hakim, penyidik dan penuntut, penasehat hukum, konsultan hukum dan kesiapan sarana dan prasarana.
5.Krisis Kepercayaan
Pemerintahan Orde Baru yang diliputi KKN secara terselubung maupun terang-terangan pada bidang parlemen, kehakiman, dunia usaha, perbankan, peradilan, pemerintahan sudah berlangsung lama sehingga disana-sini muncul ketidakadilan, kesenjangan sosial, rusaknya system politik, hukum, dan ekonomi mengakibatkan timbul ketidak percayaan rakyat terhadap pemerintahan dan pihak luar negeri terhadap Indonesia
C.Gerakan Reformasi Indonesia
Reformasi menghendaki adanya perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara kearah yang lebih baik secara konstitusional dalam bidang ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. Dengan semangat reformasi, rakyat menghendaki pergantian pemimpin bangsa dan negara sebagai langkah awal, yang menjadi pemimpin hendaknya berkemampuan, bertanggungjawab, dan peduli terhadap nasib bangsa dan negara.
Reformasi adalah pembaharuan radikal untuk perbaikan bidang sosial, politik, atau agama (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian reformasi merupakan penggantian susunan tatanan perikehidupan lama menjadi tatanan perikehidupan baru secara hukum menuju perbaikan.
Reformasi yang digalang sejak 1998 merupakan formulasi menuju Indonesia baru dengan tatanan baru, maka diperlukan agenda reformasi yang jelas dengan penetapan skala prioritas, pentahapan pelaksanaan, dan kontrol agar tepat tujuan dan sasaran.
1. Tujuan Reformasi
Atas kesadaran rakyat yang dipelopori mahasiswa, dan cendikiawan mengadakan suatu gerakan reformasi dengan tujuan memperbaharui tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, bemegara, agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2. Dasar Filosofi Reformasi
Agenda reformasi yang disuarakan mahasiswa diantaranya sebagai berikut: (1)adili Soeharto dan kroni-kroninya; (2) amandemen Undang-Undang dasar 1945; (3) penghapusan dwifungsi ABRI; (4) otonomi daerah yang seluas-luasnya; (5) Supermasi hukum; (6) pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Kronologi Reformasi
Kabinet Pembangunan VII dilantik awal Maret 1998 dalam kondisi bangsa dan negara krisis, yang mengundang keprihatinan rakyat. Memasuki bulan Mei 1998 mahasiswa di berbagai daerah melakukan unjuk rasa dan aksi keprihatinan yang menuntut: (1) turunkan harga sembilan bahan pokok (sembako); (2) hapuskan korupsi, kolusi, dan nepotisme; (3) turunkan Soeharto dari kursi kepresidenan.
Secara kronologi terjadinya tuntutan reformasi sampai dengan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan sebagai berikut: (1) pada tanggal 10 Mei 1998 perasaan tidak puas terhadap hasil pemilu dan pembentukan Kabinet Pembangunan VII mewarnai kondisi politik Indonesia. Kemarahan rakyat bertambah setelah pemerintah secara sepihat menaikkan harga BBM. Namun keadaan ini tidak menghentikan Presiden Soeharto untuk mengunjungi Mesir karena menganggap keadaan dalam negeri pasti dapat diatasi; (2) pada 12 Mei 1998 semakin banyak mahasiswa yang berunjuk rasa membuat aparat keamanan kewalahan, sehingga mereka harus ditindak lebih keras, akibatnya bentrokan tidak dapat dihindari. Bentrokan aparat keamanan dengan mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta yang berunjuk rasa tanggal 12 Mei 1998 mengakibatkan empat mahasiswa tewas tertembak yaitu Hery Hartanto, Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan serta puluhan mahasiswa dan masyarakat mengalami luka-luka.Peristiwa ini menimbulkan masyarakat berduka dan marah sehingga memicu kerusuhan masa pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitamya. Penjarahan terhadap pusat perbelanjaan, pembakaran toko-toko dan fasilitas lainnya; (3) pada 13 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan ikut berduka cita ats terjadinya peristiwa Semanggi. Melalui Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan presiden menyatakan atas nama pemerintah tidak mungkin memenuhi tuntutan para reformis di Indonesia; (4) pada 15 Mei 1998 Presiden Soeharto tiba kembali di Jakarta, oleh karena itu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menyiagakan pasukan tempur dengan peralatannya di segala penjuru kota Jakarta; (5) Presiden Soeharto menerima ketatangan Harmoko selaku Ketua DPR/MPR RI yang menyampaikan aspirasi masyarakat untuk meminta mundur dari jabatan Presiden RI; (6) pada 17 Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran di gedung DPR/MPR RI untuk meminta Soeharto turun dari jabatan presiden Republik Indonesia; (7) pada 18 Mei 1998 Ketua DPR/MPR RI Harmoko di hadapan para wartawan mengatakan meminta sekali lagi kepada Soeharto untuk mundur dari jabatan presiden RI; (8) pada 19 Mei 1998 beberapa ulama besar, budayawan, dan toko cendiriawan bertemu Presiden Soeharto di Istana Negara membahas reformasi dan kemungkinan mundurnya Presiden Soeharto, mereka ini adalah : Prof. Abdul Malik Fadjar (Muhammadiyah), KH. Abdurrahman Wahid (PB NU), Emha Ainun Nadjib (Budayawan), Nurcholis Madjid (Direktur Universitas Paramadina Jakarta), Ali Yafie (Ketua MUI), Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra (Guru Besar Universitas Indonesia), K.H. Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono(Muhammadiyah), Ahmad Bagja (NU), K.H. Ma’ruf Amin (NU). Sedangkan di luar aksi mahasiswa di Jakarta agak mereda saat terjadi kerusuhan masa, tapi setelah kejadian itu pada tanggal 19 Mei 1998 mahasiswa yang pro-reformasi berhasil menduduki gedung DPR/MPR untuk berdialog dengan wakil rakyat walaupun mendapat penjagaan secara ketat aparat keamanan; (9) pada 20 Mei 1998 Presiden Soeharto berencana membentuk Komite Reformasi untuk mengkompromikan tuntutan para demonstran. Namun, komite ini tidak pernah menjadi kenyataan karena dalam komite yang mayoritas dari Kabinet Pembangunan VII tidak bersedia dipilih. Pada suasana yang panas ini kaum reformis diseluruh tanah air bersemangat untuk menuntur reformasi dibidang politik, ekonomi, dan hukum. Maka tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk diminta pertimbangan dalam rangka membentuk "Komite Reformasi" yang diketuai Presiden. Namun komite ini tidak mendapat tanggapan sehingga presiden tidak mampu membentuk Komite Reformasi dan Kabinet Reformasi; (10) dengan desakan mahasiswa dan masyarakat serta demi kepentingan nasional, tanggal 21 Mei 1998 pukul 10.00 WIB Presiden Soeharto meleetakkan kekuasaan didepan Mahkamah Agung. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi pengganti presiden; (11) pada 22 Mei 1998 setelah B.J. Habibie menerima tongkat estafet kepemimpinan nasional maka dibentuk kabinet baru yang bernama Kabinet Reformasi Pembangunan.

Monday, April 2, 2012

Peradaban yang Misterius

Sepanjang sejarah kita, peradaban – peradaban kuno banyak yang lenyap oleh kematian , dihapuskan oleh bencana alam atau invasi. Tetapi ada beberapaperadaban misterius masyarakat yang hilang yang telah membuat para peneliti benar-benar bingung:

10. Puebloans Olmec

Salah satu masyarakat Mesoamerika pertama, Olmec mendiami dataran rendah tropis di selatan tengah Meksiko .

Tanda-tanda fenomena aneh pertama dari Olmec sekitar 1400 SM di kota San Lorenzo, penyelesaian Olmec utama yang didukung oleh dua pusat lainnya, Tenochtitlan dan Potrero Nuevo.
Peradaban Olmec adalah master pembangun dengan masing-masing situs utama mengandung pengadilan seremonial, gundukan rumah, piramida kerucut besar dan monumen batu termasuk kepala kolosal yang menjadikan peradaban mereka sangat dikenal.
peradaban Olmec sangat bergantung pada perdagangan, baik antar wilayah Olmec yang berbeda dan dengan masyarakat Mesoamerika lainnya.
Karena mereka salah satu kebudayaan Mesoamerika paling awal dan paling maju pada saat itu, mereka sering dianggap sebagai budaya ibu dari berbagai budaya Mesoamerika lainnya.
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Sekitar 400 SM sebelah timur separo wilayah Olmec mulai tak berpenghuni -mungkin karena perubahan lingkungan. Mereka mungkin juga mengungsi setelah aktivitas gunung berapi di daerah tersebut. Teori populer lain adalah bahwa mereka diserang, tetapi tidak ada yang tahu siapa penjajah yang mungkin menginvasi Bangsa olmec.

9. Puebloans Nabatean

Para Nabatean adalah budaya Semitik yang dihuni bagian dari Yordania, Kanaan dan Arab dari sekitar abad keenam SM. Mereka paling banyak dikenal sebagai pembangun kota Petra, yang menjadi pusat kota mereka.
Petra adalah kota yang mengesankan dipahat dari sisi tebing dengan mahkota permata yang menjadi Khazneh, atau harta karun, sebuah bangunan yang diilhami gedung Yunani raksasa.
Kekayaan Nabatean ‘diperoleh dengan menjadi jaringan pusat perdagangan yang kompleks, di mana mereka memperdagangkan gading, sutra, rempah-rempah, logam mulia, permata, kemenyan, gula parfum dan obat-obatan.
Karena luasnya rute perdagangan, budaya Nabatean sangat dipengaruhi oleh Helenistik Yunani, Roma, Arabia dan Asyur. Tidak seperti masyarakat lain waktu mereka, tidak ada perbudakan di Nabatean dan setiap anggota masyarakat memberikan kontribusi dalam tugas-tugas kerja.
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Selama abad ke keempat, Petra ditinggalkan Nabataen dan tidak ada yang benar-benar tahu mengapa.
bukti arkeologi membuktikan bahwa eksodus mereka adalah salah satu yang terorganisir yang tidak terburu-buru, yang membawa kita untuk percaya bahwa mereka tidak diusir dari Petra oleh budaya lain.
Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa ketika rute perdagangan mereka bergantung pada rute utara mereka tidak bisa lagi mempertahankan peradaban mereka dan meninggalkan Petra .

8. Kekaisaran Aksumite

Kekaisaran Aksumite dimulai pada abad pertama Masehi di tempat yang sekarang Ethiopia dan diyakini sebagai rumah dari Ratu Sheba.
Aksum merupakan pusat perdagangan utama dengan ekspor dari gading, sumber daya pertanian dan emas diperdagangkan di seluruh jaringan perdagangan Laut Merah dan selanjutnya ke Kekaisaran Romawi dan timur menuju India.
Karena itu, Aksum adalah masyarakat yang sangat kaya dan budaya Afrika pertama yang mengeluarkan mata uang sendiri, yang pada zaman kuno adalah tanda yang sangat penting. Monumen yang paling dikenal dari Aksum adalah stelae, obelisk diukir raksasa sebagai penanda kuburan raja dan bangsawan.
Awal Aksumites menyembah beberapa tuhan tapi tuhan utama mereka adlah Astar. Pada 324 M, Raja Ezana II memeluk Kristen dan sejak saat itu Aksum merupakan budaya yang sungguh-sungguh KristIAni, dan bahkan diduga rumah dari Perjanjian Tabut.
Ke mana mereka pergi?
Menurut legenda setempat, Ratu Yahudi bernama Yodit mengalahkan Kekaisaran Aksumite dan membakar gereja dan sastra.
Namun, yang lain percaya bahwa ratu selatan Bani al-Hamwiyah menyebabkan lenyapnya budaya Aksumite. teori lainnya termasuk perubahan iklim, isolasi perdagangan dan kemunduran pertanian menyebabkan kelaparan.

7. Mycenaeans

Tumbuh dari peradaban Minoan, Myceanaeans lahir sekitar tahun 1600 SM di Yunani selatan. tersebar di dua pulau dan daratan selatan, Myceaneans dibangun dan menguasai banyak kota-kota besar seperti Mycenae, Tiryns, Pylos, Athena, Thebes, Orchomenus, Iolkos dan Knossos.
Banyak mitos Yunani berpusat di sekitar Mycenae termasuk legenda Raja Agamemnon, yang memimpin pasukan Yunani selama Perang Troya. Para Myceaneans adalah kekuatan laut yang dominan dan dengan kecakapan angkatan laut mereka untuk perdagangan serta untuk militer.
Karena kurangnya sumber daya alam, bMyceaneans banyak mengimpor barang dan mengubah mereka menjadi item sellable, dan karena itu menjadi ahli pengrajin , dikenal di seluruh Aegea untuk senjata dan perhiasan yang mereka hasilkan
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Tidak ada yang tahu pasti, tapi satu teori adalah bahwa kerusuhan antara kelas petani dan kelas penguasa menyebabkan akhir Myceaneans. Sebab Lain diperkirakan karena gangguan pada rute perdagangan, atau faktor alam seperti gempa bumi.
Namun teori yang paling populer adalah bahwa mereka diserang oleh peradaban dari utara seperti Dorians (yang menetap di daerah tersebut setelah jatuhnya Myceaneans) atau Manusia Laut (yang pada waktu itu bermigrasi dari Balkan ke Timur Tengah ).

6. Kerajaan Khmer

Kerajaan Khmer tumbuh dari kerajaan Chenla yang sekarang Kamboja sekitar abad ke 9 Masehi dan menjadi salah satu kerajaan yang paling kuat di Asia Tenggara. kerajaan ini dikenal kebanyakan orang sebagai peradaban yang dibangun adalah Angkor ,terletak di ibukota Kamboja.
budaya Khmer yang sangat kuat dan kaya terbuka untuk beberapa sistem kepercayaan termasuk Hindu, Buddha Mahayana dan Theravada, sebagai agama resmi kekaisaran. Kekuasaan mereka juga termasuk militer yang kuat karena mereka banyak berperang melawan Annamese dan Chams.
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Penurunan kerajaan Khmer dapat dikaitkan dengan kombinasi dari beberapa faktor. Yang pertama adalah bahwa kerajaan itu diperintah oleh raja devarajo atau dewa, namun dengan pengenalan Buddhisme Theravada, yang mengajarkan pencerahan diri, membuat pemerintahan tertantang
Hal ini menyebabkan kurangnya keinginan untuk bekerja untuk devarajo yang mempengaruhi jumlah makanan yang diproduksi.
Selama masa pemerintahan Jayavarman VII, sebuah jaringan jalan yang rumit ini dibangun untuk memudahkan transportasi barang dan pasukan di seluruh Kekaisaran.
Tetapi beberapa ahli percaya bahwa jalan tersebut menjadi bumerang bagi mereka, sehingga memudahkan penjajah seperti Ayuthaya untuk mendapatkan akses langsung Menyerang Angkor.

5.Budaya Cucuteni-Trypillian

Di Rumania mereka adalah Cucuteni, di Ukraina mereka adalah Trypillians dan di Rusia mereka adalah Tripolie: budaya Neolitikum akhir yang berkembang antara 5500 SM dan 2750 SM.
Pada tinggi badan mereka, masyarakat Cucuteni-Trypillian membangun pemukiman Neolitik terbesar di Eropa, dengan beberapa perumahan sampai 15.000 orang. Salah satu yang terbesar misteri budaya ini adalah bahwa setiap 60 sampai 80 tahun sekali mereka akan membakar seluruh desa dan merekonstruksi ulang semuanya.
Budaya Cucuteni-Typillian adalah matriarkal, perempuan kepala rumah tangga dan juga melakukan pekerjaan pertanian dan membuat gerabah, tekstil dan pakaian. Laki-lakinya adalah pemburu, pembuat alat dan bertanggung jawab untuk merawat binatang peliharaan.
agama mereka berpusat di sekitar Dewi Ibu Yang agung yang merupakan simbol ibu dan kesuburan pertanian. Mereka juga menyembah banteng (kekuatan, kesuburan dan langit) dan Ular (keabadian dan gerakan kekal)
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Salah satu teori utama tentang akhir budaya Cucuteni-Trypillian adalah hipotesis Kurgan, yang menyatakan bahwa mereka ditaklukkan oleh budaya Kurgan yang suka berperang.
Namun, penemuan arkeologi yang lebih baru hal ini dikarenakan oleh perubahan iklim yang dramatis yang bisa menyebabkan kekeringan terburuk dalam sejarah Eropa- sangat berpengaruh bagi budaya yang sangat bergantung pada pertanian.

4. Clovis

Sebuah Budaya prasejarah Orang Amerika asli, budaya Clovis ada sejak 10.000 SM. Berpusat di dataran selatan dan tengah Amerika Utara mereka , penemuan arkeologi yang diakui adalah batu pecah disebut Clovis poin.
Mereka menggunakannya di ujung tombak untuk berburu binatang besar seperti mammoth dan bison dan binatang kecil seperti rusa dan kelinci. Orang-orang Clovis adalah manusia pertama di Dunia Baru dan dianggap sebagai nenek moyang dari semua budaya asli Amerika utara.
Banyak ahli percaya bahwa mereka melintasi jembatan Beringia tanah dari Siberia ke Alaska selama zaman es dan kemudian menuju ke selatan untuk menuju iklim yang lebih hangat.
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Ada beberapa teori di sekitar hilangnya budaya Clovis. Pertama menyatakan bahwa penurunan megafauna bersama dengan mobilitas kurang dalam budaya mereka membawa perpecahan yang membentuk kelompok-kelompok budaya baru, seperti budaya Folsom.
Teori lain adalah bahwa spesies mammoth dan lainnya menjadi punah karena perburuan yang berlebihan, meninggalkan Clovis tanpa sumber makanan yang layak.
Teori terakhir berkisar karena sebuah komet yang jatuh ke bumi di sekitar wilayah Great Lakes dan secara signifikan mempengaruhi kebudayaan Clovis.

3. Minoans

Dinamakan berdasar Raja Minos yang legendaris, Minoans dihuni apa yang sekarang konkrit sejak tahun 3000-1000 SM. Dalam mitologi Yunani, Minoa adalah tanah banteng dari Kreta dan anaknya, mahluk mitos yang tubuhnya setengah banteng setengah manusia, yang tinggal di labirin dan membunuh siapa pun yang masuk.
Pada kenyataannya, Minoans adalah peradaban pertama yang diketahui di Eropa .
Hari ini semua yang tersisa dari peradaban Minoan adalah istana mereka dan artefak2. Peradaban Minoan adalah salah satu dari organisasi sosial, seni dan perdagangan.
Awal Minoans menggunakan bahasa yang kita sebut Linear A, yang selama periode kemudian digantikan oleh Linear B, yang didasarkan pada pictographs. Tidak ada bukti dari setiap budaya militer yang ditemukan di istana Minoan dan tampaknya kekuatan mereka adalah murni kekuatan ekonomi.
Meskipun Minoans jatuh, budaya mereka diwarisi oleh Myceaneans dan kemudian diteruskan oleh Helenistik Yunani .
Ke mana mereka pergi?
Banyak ahli percaya bahwa peradaban Minoans lenyap oleh letusan gunung berapi di pulau Thera (sekarang Santorini), tetapi ada bukti bahwa mereka selamat.
Namun, letusan akan membunuh semua tanaman hidup sehingga mengarah kepada kelaparan, dan kapal mereka rusak menyebabkan penurunan ekonomi. hal lain yang juga dipercaya bahwa mereka diserang, mungkin oleh Myceaneans.

2.Peradaban Anasazi

Anasazi atau Leluhur Puebloans adalah budaya asli Amerika yang muncul di daerah 4 penjuru Amerika Serikat ( New Mexico, Arizona, Colordo, dan Utah ) sekitar 1200 SM.
Penduduk Puebloans awal adalah pemburu dan pengumpul yang tinggal di rumah-rumah lubang dangkal.Kemudian mereka mengembangkan hortikultura dan mulai pertanian jagung, kacang-kacangan dan Buncis.
Juga ditemukan di situs arkeologi Anasazi adalah tembikar hijau, keranjang dengan anyaman rumit, sandal buluh, jubah bulu kelinci, batu gerinda dan busur serta anak panah.
Dalam Pueblo II dan III era Anasazi diukir di seluruh kota keluar dari tebing di dekatnya seperti yang di Mesa Verde dan Bandelier atau mereka membangunnya di permukaan batu juga pada permukaan batu bata yang disebut Chaco Canyon.
kota ini adalah pusat dari budaya dan rakyat banyak yang terhubung satu sama lain melalui ratusan mil jalan raya.
Ke mana mereka pergi?
Sekitar 1300 M Leluhur Puebloans meninggalkan rumah tebing dan mulai pindah. Banyak ahli percaya bahwa, setelah ledakan populasi penduduk, metode pertanian yang buruk , kekeringan regional membuatnya sulit untuk menghasilkan makanan yang cukup.
Karena kurangnya makanan, Anasazi bergerak di sepanjang Rio Grande atau pada mesa Hopi, dan karena itu banyak bangsa Indian modern Pueblo percaya bahwa mereka adalah keturunan dari Peradaban Anasazi.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa perubahan iklim tidak bisa menjelaskan penurunan dari Anasazi sendiri dan menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial dan politik seperti konflik kekerasan menyebabkan akhir peradaban mereka.

1. Peradaban Lembah Indus

Setelah mendiami areal seluas ukuran Eropa barat di wilayah yang sekarang Pakistan dan India barat, Lembah Indus atau Peradaban Harappa berkembang 3300-1300 SM, daerah itu dihuni sejak tahun 7000 SM. Meskipun menjadi salah satu peradaban kuno terbesar, tidak banyak yang diketahui tentang peradaban Harappa, terutama karena bahasa mereka belum bisa diterjemahkan.
Kita tahu bahwa mereka membangun lebih dari seratus kota dan desa termasuk kota Harappa dan Mohenjo-Daro, masing-masing yang dibangun dengan tata letak terorganisir, dan sistem pemipaan kompleks dengan toilet dalam ruangan.
Bukti menunjukkan bahwa Harappa memiliki pemerintah bersatu dan bahwa tidak ada kelas sosial. Juga tidak ada bukti kegiatan militer sehingga kemungkinan bahwa mereka hidup dalam damai.
Mereka ahli astronom dan berpengalaman di bidang pertanian, gandum, jelai, kacang polong, melon, wijen dan kapas (menjadi peradaban pertama yang memproduksi kain katun) dan memelihara beberapa hewan termasuk sapi dan gajah.
Mengapa Peradaban ini Lenyap?
Ada beberapa teori mengenai apa yang terjadi pada peradaban Lembah Indus. Beberapa orang percaya bahwa mereka tidak bisa menerima perubahan terhadap lingkungan mereka, seperti penurunan ukuran sungai Hakra Ghaggar atau suhu yang menjadi dingin, suhu kering yang juga terjadi di seluruh Timur Tengah.
Teori lain yang populer adalah bahwa bangsa Arya menyerbu mereka sekitar 1500 SM.

Tuesday, February 21, 2012

Sekolah Jaman Belanda

Jenis/Macam Sekolah Pada Zaman Kolonialisme Belanda Di Indonesia

Pada saat penjajahan belanda dulu di Indonesia sempat didirikan berbagai jenis sekolah-sekolah belanda yang dibagi-bagi menjadi beraneka ragam jenis, yaitu :
1. ELS (Eurospeesch Lagere School) atau disebut juga HIS (Hollandsch Inlandsch School) sekolah dasar dengan lama studi sekitar 7 tahun. Sekolah ini menggonakan sistem dan metode seperti sekolah di negeri belanda.
2. HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun. AMS (Algemeen Metddelbare School) mirip HBS, namun setingkat SLTA/SMA.
3. Sekolah Bumi Putera (Inlandsch School) dengan bahasa pengantar belajarnya adalah bahasa daerah dan lama study selama 5 tahun.
4. Sekolah Desa (Volksch School) dengan bahasa pengantar belajar bahasa daerah sekitar dan lama belajar adalah 3 tahun.
5. Sekolah lanjutan untuk sekolah desa (Vervolksch School) belajar dengan bahasa pengantarnya bahasa daerah dan masa belajar selama 2 tahun.
6. Sekolah Peralihan (Schakel School) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar 5 tahun dan berbahasa belanda dalam kegiatan belajar mengajar.
7. MULO Sekolah lanjutan tingkat pertama singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan smp / sltp pada saat jika dibandingkan dengan masa kini.
8. Stovia (School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar selama 7 tahun sebagai lanjutan MULO.

Thursday, February 9, 2012

Kebudayaan dan Peradaban Manusia Purbaa




KEBUDAYAAN DAN PERADABAN MANUSIA PURBA

Setelah mempelajari modul ini Anda dapat:
1. menguraikan hasil peninggalan budaya zaman batu,
2. menjelaskan hasil peninggalan budaya zaman batu, dan
3. memberikan 5 contoh benda peninggalan Kebudayaan Batu Megalithikum


Adapun pokok-pokok materi yang dapat Anda pelajari pada bagian modul ini meliputi:
1.
Kebudayaan zaman batu.
2. Kebudayaan zaman logam.
3. Kebudayaan Megalithikum.
Jika Anda mendengar/membaca istilah kebudayaan, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Keseniankah atau hal lain-lain?

Dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan hal-hal yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada hal-hal yang bersangkutan dengan unsur seni. Hal ini berarti terjadi penyempitan terhadap makna kebudayaan.
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Di samping itu pendapat para ahli lain mengupas kata kebudayaan sebagai perkembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi (kemampuan dari akal) yang berupa cipta rasa dan karsa, maka kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu kebudayaan material dan kebudayaan immaterial. Kebudayaan material/jasmaniah adalah kebudayaan yang dapat diraba, dilihat secara konkrit/nyata atau yang bersifat kebendaan. Contohnya meja, buku, gedung, pakaian dan sebagainya.
Sedangkan kebudayaan immaterial/rohaniah/spiritual adalah kebudayaan yang tidak dapat dilihat dan diraba tetapi dapat dirasakan dan dinikmati contohnya religi, kesenian, ideologi, filsafat dan sebagainya.
Dari uraian di atas apakah Anda sudah memahami istilah kebudayaan? Untuk lebih memahami kebudayaan material masyarakat prasejarah Indonesia, maka Anda harus mengingat kembali uraian materi kegiatan belajar 2 modul 1 tentang pembabakan prasejarah berdasarkan arkeologinya menjadi zaman batu dan zaman logam.

Adapun bagian dari modul ini akan menguraikan lebih dalam lagi contoh-contoh dari periodisasi prasejarah tersebut. Sehingga untuk lebih jelasnya simaklah uraian materi berikut ini.


Kebudayaan zaman batu
Seperti yang telah disebutkan pada modul sebelumnya bahwa zaman batu berdasarkan hasil temuan alat-alatnya dan dari cara pengerjaannya, maka zaman batu tersebut terbagi menjadi 3 yaitu zaman batu tua atau kebudayaan Palaeolithikum (Palaeo = tua, Lithos = batu), zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso = tengah) dan zaman batu muda atau kebudayaan Neolithikum (Neo = baru).

Untuk contoh-contoh dari hasil kebudayaan tersebut, akan diuraikan satu persatu agar pemahaman Anda lebih jelas

.
1.
Kebudayaan Palaeolithikum/Batu tua.
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

Untuk mengetahui bentuk kebudayaan Pacitan sekarang Anda amati gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Alat Pacitan dari berbagai sisi
Setelah Anda mengamati gambar 1, apakah Anda masih ingat nama gambar tersebut? Gambar 1 merupakan peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.

Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, atau dalam ilmu prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.

Pada awal penemuannya semua kapak genggam ditemukan di permukaan bumi, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berasal dari lapisan mana.

Berdasarkan penjelasan di atas silahkan Anda menyebutkan jenis manusia yang mempergunakan kapak genggam sebagai salah satu alat kehidupannya. Untuk itu tulislah jawaban Anda pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Pendukung kebudayaan Palaeolithikum


Setelah Anda mengisi tabel 1.1 maka simaklah kembali uraian materi selanjutnya.
Berdasarkan penelitian yang intensif yang dilakukan sejak awal tahun 1990, dan diperkuat dengan adanya penemuan terbaru tahun 2000 melalui hasil ekskavasi yang dilakukan oleh tim peneliti Indonesia-Perancis diwilayah Pegunungan Seribu/Sewu maka dapat dipastikan bahwa kapak genggam/Chopper dipergunakan oleh manusia jenis
Homo Erectus.
Daerah penemuan kapak perimbas/kapak genggam selain di Punung (Pacitan) Jawa Timur juga ditemukan di daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang Kulon, Parigi (Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera), Awangbangkal (Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali).

Untuk lebih memahami lokasi penyebaran kapak perimbas maka buatlah tanda (bujur sangkar) pada gambar peta kepulauan Indonesia berikut ini.


Gambar 2. Peta penyebaran kebudayaan Palaeolithikum.
Setelah Anda membuat tanda penemuan kapak genggam pada gambar peta, maka simaklah uraian kebudayaan Ngandong berikut ini.
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini maka amati gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Alat-alat tukang dan tanduk rusa dari Ngandong
Setelah Anda mengamati gambar 3 maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda mengapa alat-alat dari tulang yang ditemukan di Ngandong dikelompokkan sebagai kebudayaan Palaeolithikum? Kemukakan alasannya! Jawaban dari hasil diskusi tersebut kumpulkan pada guru bina Anda.
Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Untuk mengetahui bentuk flakes maka amatilah gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Flakes dari Sangiran
Setelah Anda mengamati gambar 4 flakes dari Sangiran maka bandingkanlah dengan gambar kapak perimbas dari Pacitan. Bagaimana pendapat Anda?
Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
Walaupun alat-alat Ngandong ditemukan dipermukaan tanah tetapi melalui penelitian dapat ditentukan bahwa alat-alat tersebut berasal dari pleistocen atas/lapisan Ngandong. Untuk itu tentu Anda dapat menuliskan jenis manusia yang mempergunakan alat-alat kebudayaan Ngandong. Tuliskan jawaban Anda pada tabel 1.2 berikut ini.
Setelah Anda mengisi tabel 1.2 silahkan Anda cocokkan di kunci jawabannya berikut ini.
a. Homo sapiens soloensis.
b. Homo sapiens wajakensis.
Jika jawaban Anda semua benar maka selamat untuk Anda dan lanjutkan uraian materi berikutnya.

2.
Kebudayaan Mesolithikum
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.
Rekomendasi : jika ada gambar / fotonya, sisipkan di sini.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925
Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.

Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Pebble/Kapak Sumatera.
Setelah Anda mengamati gambar 5 coba Anda bandingkan pebble dengan chopper maupun dengan flakes! Bagaimana menurut pendapat Anda?
Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunaannya dengan menggenggam.
Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah.
Mengenai fungsi dari pemakaian cat merah tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa cat merah dipergunakan untuk keperluan keagamaan atau untuk ilmu sihir.
Kecuali hasil-hasil kebudayaan, di dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan fosil manusia yang berupa tulang belulang, pecahan tengkorak dan gigi, meskipun tulang-tulang tersebut tidak memberikan gambaran yang utuh/lengkap, tetapi dari hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa manusia yang hidup pada masa Mesolithikum adalah jenis Homo Sapiens.
Untuk itu silahkan Anda sebutkan jenis manusia pendukung Mesolithikum dan tulislah jawaban Anda pada tabel 1.3 berikut ini
Setelah Anda mengisi tabel 1.3 silahkan Anda cocokkan dengan kunci jawabannya berikut ini.

Manusia pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide. Untuk selanjutnya Anda dapat mempelajari uraian materi berikutnya.

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum. Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren.
Untuk dapat mengetahui bentuk Abris Sous Roche silahkan Anda amati gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Bentuk Abris Sous Roche
Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche terutama di daerah Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.
Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu indah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman Mesolithikum sesungguhnya memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:
a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur.
b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo.
c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor dan Rote.
Dengan adanya kesimpulan dari kebudayaan Mesolithikum. Apakah Anda sudah memahami uraian materi kebudayaan Mesolithikum. Kalau Anda belum paham, maka baca kembali uraian materi di atas, namun jika Anda sudah paham silahkan lengkapi tabel 1.4 berikut ini.
Tabel 1.4 Kebudayaan Mesolithikum
Setelah Anda melengkapi tabel 1.4, maka cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban di bawah ini.
1. Sumatera Timur (Langsa - Medan).
2. Pebble, kapak pendek, batu pipisan.
3. Dr. Van Stein Callenpels.
4. Sampung.
5. Ujung mata panah, flakes, batu pipisan, alat-alat dari tulang.
6. Van Heekeren.
7. Bojonegoro.
8. Lamoncong/Sulawesi Selatan.
9. Flakes, pebble, ujung mata panah.
10. Frits Sarasin dan Paul Sarasin.
11. Timor dan Rote.
12. Flakes, ujung mata panah.
13. Alfred Buhler.

Bagaimana hasil jawaban Anda? Apakah banyak yang benar? Jika jawaban Anda banyak yang sesuai dengan kunci jawaban yang telah disediakan, maka Anda dikatakan memahami uraian materi tersebut, tetapi jika masih banyak yang salah maka Anda harus mempelajari kembali uraian materi tersebut. Selanjutnya Anda harus menyimak kembali uraian materi berikut ini.
Dengan adanya keberadaan manusia jenis Papua Melanosoide di Indonesia sebagai pendukung kebudayaan Mesolithikum, maka para arkeolog melakukan penelitian terhadap penyebaran pebble dan kapak pendek sampai ke daerah teluk Tonkin daerah asal bangsa Papua Melanosoide. Dari hasil penyelidikan tersebut, maka ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, di Asia Tenggara. Tetapi di daerah tersebut tidak ditemukan flakes, sedangkan di dalam Abris Sous Roche banyak ditemukan flakes bahkan di pulau Luzon (Filipina) juga ditemukan flakes. Ada kemungkinan kebudayaan flakes berasal dari daratan Asia, masuk ke Indonesia melalui Jepang, Formosa dan Philipina.
Berdasarkan uraian materi di atas dapatlah disimpulkan:
  1. Kebudayaan Bacson - Hoabinh yang terdiri dari pebble, kapak pendek serta alat-alat dari tulang masuk ke Indonesia melalui jalur barat.
  2. Kebudayaan flakes masuk ke Indonesia melalui jalur timur.
    Untuk lebih memahami penyebaran kebudayaan Mesolithikum ke Indonesia, maka simaklah gambar 7 peta penyebaran kebudayaan tersebut ke Indonesia.

Gambar 7. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum.
Setelah mengamati gambar 7, sekarang coba Anda bandingkan peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum dengan peta penyebaran kebudayaan Plaeolithikum.
Dari uraian materi yang telah disajikan, maka tentu Anda dapat membandingkan penyebaran kebudayaan Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah selalu mengalami perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman Neolithikum membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.
Dalam rangka menambah pemahaman Anda tentang perkembangan kebudayaan zaman Neolithikum, maka simaklah uraian materi berikut ini.
3.
Kebudayaan Neolithikum.
Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang perkembangan kapak tersebut, maka amatilah gambar 8 di bawah ini.
Masih ingatkah Anda nama kapak pada gambar 8? Kalau Anda ingat nama kapak tersebut berarti Anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.

Gambar 8. Peninggalan zaman Neolithikum
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 9 berikut ini.

Gambar 9. Kapak Chalcedon.
Setelah Anda amati gambar 9 maka diskusikanlah bersama teman-teman Anda untuk mencari 2 alasan sebagai bukti bahwa kapak chalcedon hanya dipakai untuk acara khusus seperti upacara keagamaan. Untuk mendapatkan jawaban yang benar dari hasil diskusi Anda, dapat Anda tanyakan pada Guru Bina!
Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.

Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Kapak Lonjong.
Dengan adanya gambar kapak lonjong seperti pada gambar 10, bagaimana menurut pendapat Anda bentuk keseluruhan dari kapak lonjong tersebut?
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Setelah Anda mempelajari uraian materi contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda lengkapilah tabel 1.5 berikut ini.
Tabel 1.5 Hasil Kebudayaan Neolithikum dan Penyebarannya.
Jika Anda sudah melengkapi tabel 1.5, maka cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban berikut ini.
1. Beliung
2. Tarah
3. Daratan Asia - Malaysia Barat - Sumatra - Jawa Bali - Kalimantan.
4. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku.
5. Alat pertanian, pacul dan alat upacara
6. Suku Nias, Toraja, Sasak, Dayak, Batak (Proto Melayu).
7. Walzenbeil.
8. Kleinbeil.
9. Daratan Asia - Jepang - Formosa - Philipina - Minahasa - Irian.
10. Irian , Leti, Tanimbar, Seram, Gorong, Minahasa.

Apakah jawaban Anda banyak tepat? Jika jawaban Anda banyak yang tepat, maka selamat untuk Anda! Berarti Anda telah memahami uraian materi yang telah Anda pelajari. Untuk selanjutnya simak kembali uraian materi berikutnya.
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini
Tabel 1.6 Ikhtisar Kebudayaan Zaman Batu
Setelah Anda menyimak bagan 1.6. Apakah Anda sudah memahami secara garis besar kebudayaan zaman batu? Kalau Anda belum paham, maka pelajari kembali uraian materinya. Jangan tergesa-gesa, tetapi apabila Anda sudah paham, lanjutkan kembali mempelajari kebudayaan zaman berikutnya.